PERBANDINGAN PRODUKSI BERSIH
PT. CHEVRON DAN PT. PERTAMINA
PERBANDINGAN PRODUKSI BERSIH
PT CHEVRON DAN PERTAMINA
Produksi
bersih merupakan sesuatu hal yang diterapkan oleh sebuah perusahaan. Di tiap
perusahaan pasti memiliki hal-hal yang berbeda dalam pelaksanaan produksi
bersihnya. Sehingga pada penulisan analisi ini, saya membandingkan produksi bersih yang dilakukan
oleh dua perusahaan besar yaitu PT. Chevron dan PT. Pertamina. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan telah melakukan produksi
bersih dan tingkat efisiensi dalam pelaksanaannya.
Tujuan Penulisan
Penulisan ini
memiliki tujuan sebagai berikut :
a.
Mengetahui
visi misi yang dimiliki oleh PT. Chevron dan PT. Pertamina
b. Mengetahui bahan baku utama yang digunakan dalam
proses produksi di masing-masing perusahaan, baik PT. Chevron maupun PT.
Pertamina
c.
Mengetahui
penerapan dan pelaksanaan 3R di PT. Chevron dan PT. Pertamina
Mengetahui
pelaksanaan produksi bersih yang dilakukan oleh PT. Chevron dan PT. Pertamina
PEMBAHASAN PT.CHEVRON
PEMBAHASAN PT.CHEVRON
Chevron
adalah mitra dalam perekonomian Indonesia dan telah menjadi bagian dari anggota
masyarakat selama lebih dari 80 tahun. Kami adalah produsen minyak mentah
terbesar di Indonesia, yang menyumbangkan sekitar 40 persen produksi nasional.Saat ini, kami didukung oleh lebih
dari 6.400 karyawan handal dan lebih dari 30.000 karyawan mitra. Lebih dari 97
persen karyawan kami adalah warga negara Indonesia.
Langkah
besar pertama Chevron di bidang eksplorasi dan produksi energi Indonesia
dimulai pada tahun 1924, ketika Standard Oil Company of California (Socal),
kini Chevron, mengirimkan ekspedisi geologi ke Pulau Sumatera.Sejak itu, selama lebih dari setengah
abad, Chevron telah menjadi produsen minyak mentah dan panas bumi terbesar di
Indonesia.
Chevron
juga memasarkan produk pelumas di Indonesia melalui anak perusahaan PT Chevron
Oil Products Indonesia. PT Chevron Oil Products Indonesia memasarkan pelumas ke seluruh Indonesia melalui jaringan distribusi.
Produk-produk ini melayani pasar komersial, industri, konsumen umum dan
kelautan. Melalui unit bisnis perdagangan kami di Singapura, Chevron juga
memasarkan minyak mentah, bahan bakar mentah lain dan minyak bumi olahan kepada
Pertamina, perusahaan minyak dan gas bumi milik Pemerintah Indonesia. Kami juga
memasarkan produk-produk kepada pengimpor dan distributor terdaftar. Chevron
memasarkan aspal melalui merek dagang Caltex Asphalt™.
Chevron
bangga dengan apa yang telah kami lakukan dan menjunjung tinggi kemitraan yang
kuat dan berkelanjutan dengan Pemerintah Indonesia, lembaga non pemerintah dan
masyarakat sekitar, yang menjadi landasan dari kemajuan bersama demi memenuhi
kebutuhan energi Indonesia. Chevron adalah penghasil minyak bumi terbesar di
Indonesia, dengan total rata-rata produksi sebesar 442.000 barel fluida per
hari pada tahun 2011. Total rata-rata produksi harian gas alam adalah 636 juta
kaki kubik.
Bermitra dengan
Pemerintah Indonesia, kami beroperasi melalui Kontrak Kerja Sama (KKS) dengan
Satuan Kerja Sementara Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
(SKMIGAS).Melalui anak perusahaan PT Chevron Pacific Indonesia, kami
mengoperasikan KKS Rokan dan Siak di Riau, Sumatera, Kami juga mengoperasikan
empat KKS lepas pantai di Kutei Basin, termasuk kepemilikan 92,5 persen di KKS
East Kalimantan. Pada September 2011, Chevron mengurangi kepemilikan pada tiga
KKS Makassar Strait menjadi 72 persen, 62 persen di Rapak dan 62 persen di
Ganal.
Di Papua Barat, Chevron
memiliki 51 persen kepemilikan dan mengoperasikan KKS West Papua I dan West
Papua III. Kedua KKS ini mencakup wilayah sekitar 2 juta are (8.000 kilometer
persegi). Chevron memiliki 25 persen kepemilikan non operasi di wilayah lepas pantai,
Blok B South Natuna Sea, sebelah timur laut Blok Rokan.Operasi energi panas
bumi kami di Indonesia menjadikan Chevron sebagai produsen energi panas bumi
terbesar di dunia. Kami mengelola dua lapangan panas bumi di Jawa Barat dan
sebuah pembangkit listrik cogeneration dan wilayah prospek geothermal di
Sumatera.
Seiring dengan pesatnya
perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi dan mengarah kepada
kompetitor global, PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) memiliki dan menerapkan
teknologi informasi untuk proses pengadaan barang dan jasa (e-procurement)
untuk memenuhi kebutuhan operasinya. CPI adalah perusahaan minyak dan gas
Indonesia yang pertama kali menerapkan modul buyer, disamping modul sourcing,
contract dan modul analisis dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi
untuk meningkat kemampuan mengolah, mengelola, menyalurkan dan mendistribusikan
informasi ke publik. Saat ini ada beberapa perusahaan minyak dan gas Indonesia
yang telah menerapkan teknologi informasi dengan memanfaatkan kemajuan di
bidang IT untuk proses pengadaan barang dan jasa dengan aplikasi berbasis web.
Kajian penerapan
teknologi informasi di PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana penerapannya bermanfaat bagi publik. Untuk menilai
kinerja sistem, perlu ditentukan stakeholder terkait, kriteria penilaian dan
indikator yang dinilai. Penerapan teknologi antara lain harus memenuhi kriteria
tepat guna (user friendly), hemat biaya (cost saving), hemat waktu (reduce
cycle time), serta memiliki infrastruktur yang memadai. Sedangkan sebagai
Perusahaan Kontraktor Kerjasama bagi hasil (KKKS) harus memenuhi rasa keadilan
dan transparansi, serta sesuai hukum atau perundangan yang berlaku. Pembahasan
dan analisa dilakukan secara statistik deskriptif terhadap kuesioner yang
didistribusikan secara purposif sampling. Analisis kualitatif juga dilakukan
terhadap jawaban terbuka kuesioner dan hasil wawancara terhadap pimpinan
tertinggi Supply Chain Management (SCM) Chevron di Indonesia dan staf BPMIGAS.
Penerapan teknologi
informasi untuk pengadaan barang dan jasa sangat diperlukan untuk meningkatkan
proses pengadaan menjadi lebih efesien, efektif, transparan dan dan akuntable.
Ketiadaan kebijakan pemerintah dalam penerapan teknologi informasi,
ketidakefisienan pengambil keputusan, inkonsistensi aparat pemerintahaan adalah
bagian dari kegagalan pemerintah. Penyelesaian masalah dilakukan dengan
berbagai alternatif kebijakan diantaranya memanfaaatkan gagasan standarisasi
secara horisontal melalui sharing contract sesama Kontraktor KKS.
PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA memiliki visi dan misi yaitu :
Visi : ”Menjadi
perusahaan energi Indonesia yang dikagumi karena karyawan, kemitraan, dan
kinerjanya”.Visi inilah yang menjadi gerak langkah PT CPI untuk berkiprah
dalam pembangunan nasional di Indonesia”
Misi
PT. Chevron Pacific Indonesia
“Sebagai mitra usaha
pertamina, PT CPI secara efektif akan mencari dan mengembangkan sumber
daya minyak dan gas bumi untuk kesejahteraan bangsa Indonesia dan kepentingan
pemegang saham”.
·
Bahan Baku PT. Chevron Pacific Indonesia
Bahan baku utama yang
digunakan di PT. Chevron Pacific
Indonesia merupakan berasal dari dalam perut bumi yaitu, fuida
(campuran minyak, air, pasir, dan gas).
·
Penerapan 5R Di PT. Chevron Pacific Indonesia
Dalam penerapan 5R
tersebut berhubungan dengan prinsip pokok produksi bersih yaitu 5R
(Rethink, Reuse, Reduction, Recovery, Recycle)
Ø Rethink
Merupakan konsep pemikiran awal yang
harus dimiliki saat akan memulai operasi/kegiatan. Upaya produksi bersih tidak
akan berhasil tanpa adanay perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingakh
laku dari seluruh karyawan. Misalnya dari peneraapan segregasi limbah dan
housekeeping di PT Chevron Pacific Indonesia yang tidak akan berhasil dengan
baik jika para karyawan belum memahami pentingnya program tersebut. Oleh
karena itu, PT Chevron sering melakukan penyuluhan/pelatihan untuk meningkatkan
kesadaran karyawan atas pentingnya program ini.
·
Reuse
Merupakan
penggunaan kembali limbah tanpa adanya pengolahan lebih dulu. PT Chevron
sendiri tidak menerapkan konsep Reuse dalam proses produksinya. Hal ini
dikarenakan limbah yang dihasilkan oleh PT Chevron harus diolah lebih dulu
sebelum bisa dimanfaatkan.
·
Reduction
Merupakan
upaya mengurangi limbah yang terbentuk dari suatu kegiatan. Salah satu bentuk
penerapan konsep Reduction di PT Chevron Pacific Indonesia adalah dengan
melakukan pencegahan korosi pada pipa pengangkut minyak mentah untuk memperkecil
resiko terjadinya tumpahan minyak yang bisa mencemari lingkungan sehingga
memperkecil jumlah limbah yang dihasilkan. Penerapan lainnya adalah dengan
mengganti bahan bakar boiler dari minyak mentah menjadi gas alam agar emisi
yang dihasilkan lebih ramah lingkungan.
·
Recovery
Merupakan
suatu cara untuk memisahkan/mengolah suatu limbah untuk dikembalikan ke proses
produksi. Dalam program produksi bersihnya, PT Chevron telah menerapkan
konsep ini yaitu dengan mengolah air terproduksi lalu mengubahnya menjadi steam
dan diinjeksikan ke dalam sumur produksi untuk meningkatkan produksi
minyak (Teknologi Enhanced Oil Recovery)
·
Recycle
Prinsip ini dilakukan dengan mengolah
limbah yang dihasilkan terlebih dulu secara fisika, kimia/biologi sebelum bisa digunakan.
Contoh dari recycle yang telah dijalankan oleh PT Chevron adalah dengan
mengolah limbah lumpur bor yang dihasilkan menjadi paving block yang akan
digunakan untuk keperluan internal Chevron.
Pelaksanaan 5R Pelaksanaan 5R di PT Chevron Pacific
indonesia meliputi ringkas, rapi, resik, rawat dan rajin. Pelaksanaan 5R
dilakukan di seluruh bagian tempat kerja agar tercipta
suatu keteraturan dalam bekerja.
·
Pemanfaatan Limbah di PT Chevron Pacific Indonesia
1.
Recycle dan Recovery Air Terproduksi
(Produced Water)
Air terproduksi adalah air yang ikut
terambil bersama minyak dan gas pada saat proses eksplorasi pada sumur
produksi. Air terproduksi ini kemudian diinjeksikan ke formasi batuan di perut
bumi. Sebelum diinjeksikan, air terproduksi diolah terlebih dahulu.
Pengolahan air ini hanya berupa pemisahan antara minyak, gas dan air yang
dilakukan di Water Treatment Plant. Dalam proses pemisahan inilah terjadi
recycle air terproduksi. Pengolahan air terproduksi ini dilakukan agar air yang diinjeksikan
tidak menimbulkan penyumbatan pada pore sumur injeksi. Penginjeksian air
melalui sumur injeksi ini bertujuan untuk mendorong minyak yang terdapat di
perut bumi menuju sumur produksi. Teknologi ini disebut Enhanced Oil Recovery (EOR) yang
merupakan cara untuk mengambil minyak bumi dengan steam/water flooding. Air
terproduksi ini kemudian diinjeksikan ke
formasi batuan di perut bumi dalam bentuk uap.
2.
Pemanfaatan Limbah Lumpur Bor menjadi Batako
Limbah lumpur bor dari kegiatan
drilling akan dibawa ke tempat pengolahan lumpur (CMTF). Hasil yang diperoleh
dari proses CMTF berupa air buangan yang dihasilkan dari Reverse Osmosis
serta padatan atau sludge cake yang dihasilkan dari belt press. Air
buangan yang telah melalui proses Reverse Osmosis dan telah memenuhi baku mutu
air limbah akan dibuang ke lingkungan (kanal). Sementara itu, sludge yang
dihasilkan akan diolah (disolidifikasi) menjadi paving block Tahap selanjutnya
adalah melakukan solidifikasi sludge cake menjadi paving block. Solidifikasi
dilakukan dengan mencampurkan antara semen, pasir, dan sludge dengan perbandingan.
Batako hasil solidifikasi sludge cake ini digunakan oleh internal PT Chevron Pacific Indonesia untuk keperluan internal PT CPI seperti taman perkantoran dan sebagainya.
Batako hasil solidifikasi sludge cake ini digunakan oleh internal PT Chevron Pacific Indonesia untuk keperluan internal PT CPI seperti taman perkantoran dan sebagainya.
·
Modifikasi Teknologi Pengolahan Limbah Pasir Berminyak dengan Oily Sand
Injection Oily sand injection
Adalah
cara penanganan limbah pasir berminyak yang dlakukan oleh PT Chevron
Pacific Indonesia dengan cara menginjeksikan limbah pasir berminyak kedalam
formasi tanah. Oily sand yang diinjeksikan berbentuk slurry (lumpur) dengan
perbandingan air limbah dan oily sand sebesar 75% dan 25% dengan kandungan
slurry yang akan diinjeksikan harus memiliki oil content dibawah 5%.
·
Efisiensi
Penggunaan Sumber Daya/Energi dgn Substitusi Bahan Bakar Boiler Salah satu
equipment yang ada di Steam Station adalah boiler. Sebagai salah satu bentuk
penerapan produksi bersih, PT Chevron Pacific Indonesia mengganti bahan bakar
boiler dari crude oil menjadi gas. Bahan bakar natural gas yang digunakan
berasal dari desa Grisik di Sumatra Selatan. Dengan mengganti bahan bakar ini,
emisi yang dihasilkan menjadi lebih ramah lingkungan dan meningkatkan
efisiensi.
·
Pencegahan
korosi agar tidak terjadi Oil Spills (Tumpahan Minyak) Pengamatan korosi harus
dilakukan untuk mengetahui laju korosi pada peralatan peralatan dalam produksi
minyak. Cara yang dilakukan oleh PT Chevron Pacific Indonesia adalah dengan
menggunakan Corrosion coupon. Corrosion coupon adalah lempengan logam kecil
yang akan diletakkan dalam aliran pipa produksi dan dibiarkan sampai beberapa
waktu-antara 1- 2 bulan- untuk kemudian dianalisis di laboratorium. Laju korosi
dinyatakan dalam satuan MPY (Mil per Year) dengan klasifikasi sebagai berikut :
- Low : kurang dari 1 MPY
- Moderate : antara 1-4,9 MPY
- Severe : antara 5-10 MPY
- Very Severe : lebih dari 10 MPY Laju korosi yang bisa ditolerir oleh PT Chevron Pacific Indonesia adalah 5 MPY.
PT.
PERTAMINA UP IV Cilacap
PEMBAHASAN Profil
Perusahaan
Sebagai
lokomotif perekonomian bangsa Pertamina merupakan perusahaan milik negara yang
bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas serta energi baru dan
terbarukan.Pertamina menjalankan kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip
tata kelola korporasi yang baik sehingga dapat berdaya saing yang tinggi di
dalam era globalisasi. Dengan pengalaman
lebih dari 55 tahun, Pertamina semakin percaya diri untuk berkomitmen
menjalankan kegiatan bisnisnya secara profesional dan penguasaan teknis yang
tinggi mulai dari kegiatan hulu sampai hilir. Berorientasi pada kepentingan
pelanggan juga merupakan suatu hal yang menjadi komitmen Pertamina,agar dapat
berperan dalam memberikan nilai tambah bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa
Indonesia.
Upaya
perbaikan dan inovasi sesuai tuntutan kondisi global merupakan salah satu
komitmen Pertamina dalam setiap kiprahnya menjalankan peran strategis dalam
perekonomian nasional. Semangat terbarukan yang dicanangkan saat ini merupakan
salah satu bukti komitmen Pertamina dalam menciptakan alternatif baru dalam
penyediaan sumber energi yang lebih efisien dan berkelanjutan serta berwawasan
lingkungan. Dengan inisatif dalam memanfaatkan sumber daya dan potensi yang
dimiliki untuk mendapatkan sumber energi baru dan terbarukan di samping bisnis
utama yang saat ini dijalankannya, Pertamina bergerak maju dengan mantap untuk
mewujudkan visi perusahaan, Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas
Dunia.Pertamina menetapkan strategi jangka panjang perusahaan, yaitu
“Aggressive in Upstream, Profitable in Downstream”, dimana Perusahaan berupaya
untuk melakukan ekspansi bisnis hulu dan menjadikan bisnis sektor hilir migas
menjadi lebih efisien dan menguntungkan.
Sejak
didirikan pada 10 Desember 1957, Pertamina menyelenggarakan usaha minyak dan gas
bumi di sektor hulu hingga hilir. Bisnis sektor hulu Pertamina yang
dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia dan luar negeri meliputi kegiatan
di bidang-bidang eksplorasi, produksi, serta transmisi minyak dan gas. Untuk
mendukung kegiatan eksplorasi dan produksi tersebut, Pertamina juga menekuni
bisnis jasa teknologi dan pengeboran, serta aktivitas lainnya yang terdiri atas
pengembangan energi panas bumi dan Coal Bed Methane (CBM). Dalam pengusahaan
migas baik di dalam dan luar negeri, Pertamina beroperasi baik secara
independen maupun melalui beberapa pola kerja sama dengan mitra kerja yaitu
Kerja Sama Operasi (KSO), Joint Operation Body (JOB), Technical Assistance
Contract (TAC), Indonesia Participating/ Pertamina Participating Interest
(IP/PPI), dan Badan Operasi Bersama (BOB). Aktivitas
eksplorasi dan produksi panas bumi oleh Pertamina sepenuhnya dilakukan di dalam
negeri dan ditujukan untuk mendukung program pemerintah menyediakan 10.000 Mega
Watt (MW) listrik tahap kedua. Di samping itu Pertamina mengembangkan CBM atau
juga dikenal dengan gas metana batubara (GMB) dalam rangka mendukung program
diversifikasi sumber energi serta peningkatan pasokan gas nasional pemerintah. Sektor hilir Pertamina meliputi
kegiatan pengolahan minyak mentah, pemasaran dan niaga produk hasil minyak, gas
dan petrokimia, dan bisnis perkapalan terkait untuk pendistribusian produk
Perusahaan. Kegiatan pengolahan terdiri dari: RU II (Dumai), RU III (Plaju), RU
IV (Cilacap), RU V (Balikpapan), RU VI (Balongan) dan RU VII (Sorong). Selanjutnya, Pertamina juga
mengoperasikan Unit Kilang LNG Arun (Aceh) dan Unit Kilang LNG Bontang
(Kalimantan Timur). Sedangkan produk yang dihasilkan meliputi bahan bakar
minyak (BBM) seperti premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel, minyak
bakar dan Non BBM seperti pelumas, aspal, Liquefied Petroleum Gas (LPG),
Musicool, serta Liquefied Natural Gas (LNG), Paraxylene, Propylene, Polytam,
PTA dan produk lainnya.
VISI DAN MISI PERTAMINA YAITU :
Visi Pertamina UP IV: “Menjadi kilang minyak yang unggul di Asia Tenggara
dan kompetitif di Asia pada tahun 2015”
Misi Pertamina UP IV:
“Mengolah minyak bumi
menjadi produk BBM dan NBM untuk memenuhi kebutuhan pasar ”, dengan
tujuan memuaskan konsuman, meningkatkan kesejahteraan pekerja dengan
meningkatkan kinerja kilang yang berwawasan lingkungan dan berstandar
internasional yang dikelola secara professional.
Motto Budaya Kerja Pertamina UP
IV:
“Bekerja dalam
kebersamaan untuk keunggulan bersama”
v
Bahan Baku Utama PT. Pertamina
Bahan
baku utama yang digunakan di PT. Pertamina UP IV Cilacap merupakan berasal dari
dalam perut bumi yaitu, minyak mentah bumi.
v
Penerapan 3R dalam PT. Pertamina
Ø Recycle
Recycle adalah teknologi yang berfungsi untuk memanfaatkan limbah dengan memprosesnya kembali ke proses semula yang dapat dicapai melalui perlakuan fisika/kimia/biologi. Recycle yang diterapkan FOC II Pertamina UP IV Cilacap, antara lain:
Recycle adalah teknologi yang berfungsi untuk memanfaatkan limbah dengan memprosesnya kembali ke proses semula yang dapat dicapai melalui perlakuan fisika/kimia/biologi. Recycle yang diterapkan FOC II Pertamina UP IV Cilacap, antara lain:
1. Regenerasi Katalis.
2. Minyak dari CPI
3. Recycle gas kompresor
Ø Reuse
Reuse
adalah suatu teknologi yang memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali
pada proses yang berbeda. Reuse yang diterapkan di PT.
Ø Recovery
Recovery
adalah teknologi untuk memisahkan suatu bahan atau energy dari suatu limbah
untuk kemudian diproses lagi untuk mendapatkan produk samping yang
bermanfaat dengan atau tenpa perlakuan fisika/kimia/biologi.
·
Penerapan Produksi Bersih dalam PT. Pertamina
Penerapan
Produksi Bersih dalam PT. Pertamina dilakukan dengan metode sebagai berikut:
1. Modifikasi Proses
Modifikasi
proses merupakan perubahan pada proses atau metode kerja dengan cara mengubah
peralatan, tata letak danperpipaan untuk memperbaiki aliran proses, mengurangi
jumlah limbah dan meningkatkan efisiensi. Modifikasi proses yang diterapkan FOC
II Pertamina UP IV Cilacap, antara lain: -
1. Memasang line make up jacket water thermosiphon
018K-101 A/B.
Jacket
water thermosiphon berfungsi untuk mendinginkan dinding ruang kompresi dengan
media pendingin jacket water. Sewaktu-waktu jacket water berkurang levelnya
karena penguapan, hal ini dapat terlihat di level glass dan segera ditambah.
2. Modifikasi instrument air supply sebagai gas spon dan
kalibrasi pada analyzer dapur 014 Fx.
Modifikasi
ini dilakukan untuk efisiensi pemakaian tabung gas oksigen analyzer 014 Fx.
3. Modifikasi line drain gas Hydrogen dari casing
Kompressor 014K-101 ke flare.
Sebelum
dimodifikasi gas hydrogen dibuang ke sewer namun setelah dimodifikasi gas
hydrogen salurkan ke flare (sistem tertutup). Karena apabila gas hydrogen masih
dibuang keewer nantinya akan rawan menimbulkan ancaman ledakan dan kebakaran
karena sistemnya terbuka.
4. Memasang line modifikasi suction dan discharge
011P-106 dengan 011P-109 A/B.
Memberikan
keuntungan bagi waktu kerja pompa karena ada pompa yang dapat bekerja
bergantian dengan pompa lainnya (dengan cara hanya memasang saluran).
Sehingga tidak memaksakan kinerja suatu pompa secara terus menerus.
2Pengolahan Limbah
1. Pengolahan air buangan di CPI
Corrugated
Plate Interceptor ) Corrugated Plate
Interceptor . (CPI) adalah unit
pengolahan limbah cair yang digunakan untuk mengurangi dan memisahkan minyak
yang terbawa oleh air buangan. Aliran air dari inlet ke outlet CPI adalah
aliran laminar agar pemisahan secara gravitasi dapat berjalan dengan efekif
untuk memisahkan air, minyak, dan padatan tersuspensi.
2. Pengolahan air buangan di holding basin
Holding Basin (HB)
adalah unit pengolahan limbah cair yang digunakan untuk mengendapkan partikel
partikel padat, serta mengurangi kadar minyak dalam air buangan dn juga memperbaiki
kualitas air buangan, terutama kandungan oksigennya. Sehingga diharapkan air
sudah aman untuk dilepeskan ke lingkungan. Holding basin ini juga bisa
menghasilkan lumpru, dan debit lumpur berkisar 4000 m3/ tahun. Lumpur holding
ini bisa di tampung didalam sludge pond tersendiri sebelum diolah lebih lanjut.
3.
Pengolahan air buangan di Sour
Water Stripper Unit / SWS
Sour
Water Stripper (SWS) adalah unit pengolahan limbah cair yang digunakan untuk
memisahkan gas – gas berbau dari aliran air proses bekas ( sour
water ) sebelum dilakukan pembuangan ke Holding Basin. Pemisahan gas
H2S dan NH3 dilakukan dalam fase gas ( steam) dengan bantuan larutan
kaustik. Air yang dipisahkan sebagian dialirkan menuju desalter surge drum
sebelum dibakar ke flare.
4. Pengolahan gas buangan dengan flare
Sesuai
dengan standar dari American Petroluem Institute (API), maka flare yang
ideal adalah suatu peralatan pembakar yang membakar gas–gas sisa secara
sempurna dan tidak menimbulkan asap hitam (smokeless). Oleh karena itu, dalam
sistem pembakaran flare Pertamina UP IV Cilacap dilengkappi denga sistem
injeksi gas inert (uap air / steam) pada zona pembakaran untuk menghasilkan
turbulensi dan penambahan udara. Dengan menerapkan usaha produksi bersih dengan
baik, Fuel Oil Complex II (FOC II) saat ini telah berhasil memperoleh piagam
“Gold” dari PT. Pertamina UP IV Cilacap sebagai penghargaan bagi unit proses
yang berhasil menerapkan usaha minimasi limbah untuk mewujudkan Produksi
Bersih, selain itu Kementrian Lingkungan Hidup dalam hasil audit PROPER
(Progres Perusahaan Peduli Lingkungan), Kilang Oil II PT. Pertamina UP Cilacap
berhasil meraih predikat hijau yang artinya bebas dari pencemaran.
SISTEM
TEKNOLOGI PT. PERTAMINA
Pada Pertamina Teknologi informasi sangat luas cakupannya, dari mulai yang menggunakan
media audio, mediavisual sampai media pandang dengar/audio visual, ke depan
pertamina harus memiliki Management Information System (MIS) yang canggih untuk
percepatan arus data dan informasi sehingga perusahaan memiliki bahan yang
cukup untuk kegiatan operasional dan pengambilan keputusan. System informasi
(TI) juga harus dapat memperbaiki proses bisnis pertamina untuk menuju
proses bisnis yang lebih kompetitif. Terutama pada Sistem Informasi Manajemen
yang harus dibahas. Peran TI tak diragukan, dari mulai bagaimana menunjang
pekerjaan engineer dihulu sampai bagaimana menunjang supply chain management
dikilang atau SPBU-SPBU, juga pengadaan barang dan jasa (procurement) mau
tidak mau harus bersentuhan dengan teknologi.Menyikapi era globalisasi,
pelaksanaan barang/jasa dapat menggunalan sarana elektronik,
baik internet, electronic data interchange, maupun e-mail.
Sistem
informasi dalam pemasaran :
Pemasaran
merupakan sebuah proses dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.
Jadi,segala kegiatan dalam hubungannya dalam pemuasan kebutuhan dan keinginan
manusiamerupakan bagian dari konsep pemasaran.Pemasaran BBM Retail merupakan
salah satu fungsi di Direktorat Pemasaran dan Niaga yangmenangani pemasaran BBM
retail untuk sektor transportasi dan rumah tangga. Pertamina melakukan pemasaran BBM Retail melalui lembaga penyalur Retail BBM/BBK yang
saat initersebar diseluruh Indonesia, seperti SPBU (Statiun Pengisian BBM Untuk
Umum), AgenMinyak Tanah (AMT), Agen Premium & Minyak Solar (APMS),serta
Premium Solar PackedDealer(PSPD).
Saat ini
Pertamina sedang berbenah untuk melakukan transformasi di segala bidang,
termasuk difungsi Retail Outlet SPBU. Upaya yang dilakukan dalam perubahan
tersebut adalah pemberian standarisasi pelayanan SPBU Pertamina. Pertamina
berkomitmen memberikan pelayanan terbaik dengan istilah Pertamina Way.
Penjabaran Pertamina Way adalah staf, kualitas, dan kuantitas, peralatan,
dan fasilitas, format fisik, dan produk dan pelayanan.Pertamina Way merupakan
standar baru yang diterapkan untuk seluruh Stasiun Pengisian BahanBakar Minyak
Umum (SPBU Pertamina) di seluruh Indonesia kepada konsumen baik dari
segi pelayanan, jaminan kualitas dan kuantitas termasuk kenyamanan di
lingkungan SPBU. SPBUyang telah sukses menerapkan Pertamina Way berhak
mendapatkan Sertifikasi Pasti Pas, setelah dinyatakan lolos oleh auditor
independen bertaraf internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar